Berita Banyuwangi – Penyebaran ideologi ekstremisme berbasis kekerasan terus berkembang secara sporadis dan masif dari waktu ke waktu. Ideologi ini mayoritas berlatar belakang keagamaan, meski ada juga yang tidak memiliki latar agama. Proses perekrutan pun kini memanfaatkan teknologi informasi dan media daring, seperti media sosial, internet, hingga televisi.
Kemajuan teknologi tidak hanya berdampak pada sektor ketenagakerjaan dan komunikasi, tetapi juga menjadi alat propaganda ekstremisme kekerasan. Selama beberapa tahun terakhir, banyak informasi terkait seruan jihad palsu yang menjanjikan surga. Hal ini memicu sebagian individu, khususnya anak muda, terpanggil melakukan aksi kekerasan setelah terpapar konten radikal di media sosial dan platform daring lainnya.
Untuk menanggulangi hal tersebut, sejak tahun 2023, Migrant CARE telah menjalankan serangkaian program advokasi. Bersama Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) dan BP2MI, mereka merancang modul pencegahan ekstremisme berbasis kekerasan yang digunakan dalam Orientasi Pra Keberangkatan (OPP).
Upaya ini kembali diperkuat lewat acara Sosialisasi Pencegahan Countering Violent Extremism (CVE) yang dilaksanakan pada Selasa (28/5/2025) di Hotel Surya Jajag, Banyuwangi. Kegiatan tersebut diikuti oleh 11 orang dari pemerintah desa dan 44 komunitas Desbumi Banyuwangi yang berasal dari 11 desa: Tegaldlimo, Wringinpitu, Kedunggebang, Kendalrejo, Kedungasri, Kedungwungu, Pesanggaran, Sumbermulyo, Siliragung, Wonosobo, dan Kebaman.
Acara menghadirkan fasilitator berpengalaman, yaitu Siti Amanatur Rosyidah dari Desbumi Kendalrejo, Rulis Diana dari Kawan PMI Banyuwangi, dan Danang Dimas dari Migrant CARE Banyuwangi. Mereka memberikan pemahaman mendalam tentang:
- Bahaya kekerasan dan cara-cara pencegahannya di tingkat komunitas.
- Pentingnya prinsip keberagaman, toleransi, GEDSI (Gender, Disability, and Social Inclusion), serta inklusifitas untuk mencegah potensi ekstremisme berbasis kekerasan di tujuh wilayah Migrant CARE.
- Cara memperkuat peran komunitas dalam merespon dan menciptakan ruang aman dan inklusif bagi keluarga pekerja migran maupun purna pekerja migran yang rentan terpapar pengaruh ekstremisme berbasis kekerasan.
Selain pemaparan materi, acara ini juga membuka sesi tanya jawab yang diikuti antusias oleh para peserta. Hal ini menjadi bukti nyata bahwa masyarakat semakin peduli dan aktif dalam mencegah bahaya ekstremisme kekerasan di lingkungan mereka.
Melalui kolaborasi antara pemerintah, Migrant CARE, BNPT, BP2MI, dan masyarakat setempat, diharapkan tercipta sinergi yang kuat untuk membangun ruang aman, inklusif, dan penuh toleransi bagi seluruh warga.
