Anies Baswedan bertemu dengan ulama besar Sunni, berpengaruh dunia yang tinggal di Makkah al-Mukarammah, Sayyid Ahmad Al Maliki. Anak dari Sayyid Muhammad Al Maliki. Kakeknya : As-Sayyid Alawi Al Maliki, dikenal sebagai gurunya para ulama besar di Indonesia. Pertemuan mereka terjadi di kediaman Sayyid Ahmad saat Anies Baswedan pergi haji di tahun ini.
Momen langka yang tidak sembarangan bisa dilakukan banyak orang itu, terekam dalam video yang viral di beberapa platform media sosial. Videonya menggambarkan sang ulama itu sempat melepas kopiah yang dipakai Anies, kemudian mengelus ubun-ubunnya, sembari memanjatkan doa. Setelah selesai mendoakan Anies, Sayyid Ahmad Al Maliki lantas meniup kening sang mantan Gubernur DKI Jakarta itu.
Diakhir video yang merekam momen langka itu, ulama Sunni yang menjadi rujukan dunia tersebut, sempat mengacungkan jari telunjuknya sambil berkata, seolah merestui niatan mulia Anies Baswedan yang hendak maju di Oemilu Presiden 2024.
Perlu diketahui, bahwa riwayat keluarga Sayyid Ahmad Al Maliki, merupakan ulama Sunni berpengaruh dunia yang sangat memiliki kedekatan dengan Indonesia. Sejumlah ulama besar di Indonesia, tercatat pernah berguru ke ayahandanya, Sayyid Muhammad Al Maliki.
Salah satu ulama besar di Situbondo yang pernah menjadi santri Sayyid Muhammad Al Maliki, ialah Pengasuh Ponpes Salafiyah Syafi’iyah Sukorejo KH. R. Ahmad Azaim Ibrahimy.
Beredarnya video pertemuan Anies Baswedan itu, kemudian menjadi perbincangan di kalangan kiai dan santri Tapal Kuda. Tak terkecuali di Kabupaten Situbondo dan Banyuwangi.
Wakil Ketua PCNU Situbondo, Kiai Ahmad Hanif Makki, mengapresiasi sikap Sayid Ahmad Al Maliki yang cukup welcome dan care atas hadirnya Anies Baswedan ke diamannya tersebut. Terlebih terlihat ada keakraban antar keduanya. Meski yang dia ketahui, Sayyid Ahmad Al Maliki juga mudah bersikap demikian dengan para tokoh lain yang menjadi tamunya.
Kecupan kening Sayyid Ahmad Al Maliki ke Anies Baswedan, menurut pengasuh Ponpes Al Ishlah Besuki Situbondo, itu merupakan budaya yang ada di Arab Saudi. “Orang yang sudah disepukan atau digurukan, biasanya untuk menunjukkan rasa kasih sayangnya kepada snatri-santrinya atau murid-muridnya dengan cara merangkul atau mengecup keningnya,” jelasnya.
Kata Kiai Ahmad Hanif Makki, pemimpin bangsa kedepan penting merajut sinergiitas antar ulama dan umara (pemerintah). Khususnya dalam menentukan arah bangsa dan Negara, yang berpihak kepada kepentingan umat dan agama. “Ulama atau tokoh agama dalam hal ini sebagai penyeimbang ataupun orang yang memberikan nasihat, agar arah pembangunan bangsa ke depan sesuai yang dicita-citakan founding fathers,” katanya.
Sementara itu, tokoh agama asal Banyuwangi yang dikenal sebagai pegiat majelis Sholawat Riyadhul Mustofa Muncar, Habib Yahya Bin Yasin Assegaf, menilai bahwa Anies Baswedan sebagai seorang negarawan yang begitu dekat dengan ulama, kiai, habaib.
Kata dia, kedekatan Anies Baswedan dengan ulama bukan keakraban yang musiman. “Anies Baswedan sejak dulu sudah akrab dengan kalangan ulama, kiai dan habaib. Kedekatannya bukan hanya karena urusan pencalonan presiden,” tegasnya.
Bahkan seperti yang diketahui Habib Yahya Assegaf, sebelum Anies menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta, juga sudah pernah terpantau berkunjung ke rumah sang ulama dunia tersebut. Bahkan saat itu, di tahun 2017 silam, Sayyid Ahmad Al Maliki memberi hadiah cincin bermata hijau, sebagai tanda persahabatan keduanya.
Jika jauh mengenal tentang riwayat leluhur Sayyid Ahmad Al Maliki yang begitu dekat dengan Anies Baswedan, bahwa dia merupakan putra Sayyid Muhammad Al Maliki. Ayahandanya dikenal sebagai Mujaddid abad ke 20 dan ke 21. Selain terkenal sebagai ulama Sunni, mendiang ayahnya produktif sebagai pengarang kitab. Salah satu karyanya yang terkenal, Mafahim Yajib an Tusahhah (meluruskan kesalahpahaman).
Kakeknya : As-Sayyid Alawi Al Maliki, seorang ulama terkemuka di Makkah dan merupakan salah satu penasehat Raja Faisal. Selain itu, sang kakek dikenal sebagai guru dari banyak ulama di Indonesia.
Beberapa sumber mengatakan, bahwa saking dekatnya dengan Indonesia, kakeknya pun pernah dalam setiap periodesasi angkatan pendidikan, hanya menerima murid asal Indonesia.
Sejumlah ulama Indonesia yang pernah menjadi muridnya, seperti KH. Maimun Zubair (Mbah Moen), Tuan Guru Zaenuddin Abdul Majid, KH Abdullah Syafi’i, KH Idam Khalid, KH. Abdullah Faqih, dan lainnya lagi.
Sumber : Radar Banyuwangi