Banjir Bandang di Kalibaru, Asesmen BPBD Alih fungi Lahan Bisa Dibilang Memperparah

Bagikan Artikel

Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Banyuwangi menyampaikan hasil asesmen terkait penyebab banjir bandang di Dusun Krajan, Desa Kalibaru Wetan, Kecamatan Kalibaru pada Kamis (3/11) malam.

Dari hasil asesmen tersebut, BPBD menyebut penyebab utama banjir adalah hujan dengan intensitas tinggi.

Sekretaris BPBD Banyuwangi, Mujito mengatakan, hujan intensitas tinggi yang disebut itu memang melebihi batas normal di wilayah tersebut.

“Waktu kejadian (banjir bandang) curah hujan mencapai 330 mm,” Katanya.

Padahal, terang Mujito, normalnya curah hujan di wilayah tersebut adalah sekitar 100 mm saja.

“Itu deras sekali, padahal kalau boleh dibilang, curah hujan 170 mm saja sudah berpotensi banjir. Apalagi dengan daerah resapan yang kurang baik,” terangnya.

Meskipun menyebut penyebab utama banjir bandang itu karena hujan intensitas tinggi, ia tidak menampik jika alih komoditi tanam dari kakao ke tebu yang ada di hulu Sungai Iyas ikut andil dalam memperparah banjir tersebut.

“Penyempitan sungai juga berdampak, alih fungsi lahan juga bisa dibilang memperparah,” Tuturnya.

Salah satu warga yang kandang beserta dua sapinya hanyut, Mulyadi, 60, mengatakan, ketika hujan tiba, gulutan perkebunan tebu, berubah menjadi jalur air menuju sungai.

“Kalau hujan deras datang, air dari kebun mengalir ke bawah, itu kemudian masuk ke sungai kecil dan masuk ke jalur sungai utama (Sungai Iyas),” Terangnya.

Mulyadi turut menunjukkan aliran air kecil yang menurutnya bersumber dari lahan tebu.

“Tidak hanya di situ, kalau hujan deras datang lumayan lama, air dari kebun (di atas pemukiman warga) akan mengalir ke bawah sini,” Terangnya.

Di sisi lain, warga terdampak banjir bandang menyambut positif rencana relokasi pemukiman warga dari bantaran Sungai Iyas. Sebelumnya, rencana relokasi sudah disampaikan Gubernur Jawa Timur (Jatim), Khofifah Indar Parawansa dalam kunjungannya di Kalibaru, Rabu (9/11).

Salah satu warga yang ikut terdampak, Agus Priatno, 39, mengaku bersedia jika harus direlokasi ke tempat yang lebih aman.

“Kalau dipindah ke lahan kebun (Perkebunan Jatirono PTPN XII) ya setuju-setuju saja. Apalagi lahannya di dataran tinggi (tepat di atas sebelah kiri rumah Agus) sehingga bisa dibilang jauh dari sungai,” ucapnya.

Agus menyebut, rencana relokasi pemukiman warga itu memang sudah seharusnya dilakukan, apalagi, banjir besar bisa mengancam warga kapan saja. “Kalau kemarin saja bisa seperti itu (banjir bandang) kan sewaktu-waktu bisa terjadi lagi,” Terangnya.

Apalagi, selama bertahun-tahun menetap di kampung itu, ia hanya menumpang di tanah milik pengairan

“Ini tanah punya (Dinas PU) Pengairan. Dulu saya meneruskan punya mertua,” Katanya seraya mengaku harus siap apabila ada rencana normalisasi sungai.

sumber banyuwangihits.id

By Luqman

Related Post

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *